Tiba-Tiba Biden & Xi Jinping Saling Telepon, Ada Apa?

SHARE  

U.S. President Joe Biden, right, departs with Chinese President Xi Jinping for a meeting on the sidelines of the G20 summit meeting, Monday, Nov. 14, 2022, in Bali, Indonesia. (AP Photo/Alex Brandon) Foto: Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden (AP/Alex Brandon)

Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping mengadakan panggilan telepon selama dua jam, Selasa waktu setempat. Hal ini dilakukan untuk mengelola persaingan kedua negara yang sedang bergesekan terkait perdagangan.

Selama pembicaraan telepon dengan Xi, yang merupakan pertemuan telepon pertama sejak Juli 2022, Biden menyampaikan sejumlah kekhawatiran AS. Ini terungkap dari pembacaan pembicaraan telepon tersebut di Gedung Putih.

Baca:AS Respons Israel Rudal Mati 3 Jenderal Iran, Apa Kata Biden?

Secara khusus, Biden mengkonfrontasi Xi mengenai kebijakan perdagangan tidak adil dan praktik ekonomi non-pasar. Biden juga mengatakan bahwa ia akan terus mengambil “tindakan yang diperlukan” untuk memblokir akses China terhadap teknologi AS jika hal itu menimbulkan risiko keamanan nasional.

Diketahui Biden meluncurkan penyelidikan terhadap mobil pintar China, yang dipicu oleh kekhawatiran bahwa mobil pintar tersebut dapat merusak keamanan nasional AS. Paman Sam menghubungkannya ke infrastruktur Amerika dan mengambil data pengemudi.

Baca:Tsunami Terjang Jepang Imbas Gempa Dahsyat Taiwan, 3 Wilayah Kena

Persaingan yang ketat memerlukan diplomasi yang intens untuk mengelola ketegangan, mengatasi kesalahan persepsi dan mencegah konflik yang tidak diinginkan,” kata seorang pejabat senior pemerintah melalui telepon dengan wartawan dikutip CNBC International, dikutip Rabu (3/4/2024).

“Panggilan ini adalah salah satu cara untuk melakukan itu,” tambahnya.

Pada panggilan telepon hari Selasa, Biden juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap keamanan atas TikTok. Ia juga membahas usulan Kongres untuk memaksa ByteDance, induk aplikasi media sosial tersebut, untuk menjual aplikasi tersebut ke perusahaan AS.

“Dia (Biden) menjelaskan kepada Presiden Xi bahwa ini bukan tentang pelarangan aplikasi tersebut,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.

“Sebaliknya ada kepentingan divestasi agar kepentingan keamanan nasional dan keamanan data rakyat Amerika bisa terlindungi,” ujarnya lagi.

Biden juga memperkuat prospek ancaman keamanan siber. Terutama menjelang pemilihan presiden AS pada bulan November.

“Kami sangat jelas menyatakan kekhawatiran kami bahwa negara mana pun akan ikut campur atau mempengaruhi pemilu kami,” ujar seorang pejabat senior pemerintah lainnya.

Pernyataan Xi Jinping

Di sisi lain, Xi mengatakan bahwa semakin banyak pembatasan perdagangan AS terhadap China dapat membawa dampak yang buruk bagi konsumen di kedua negara. Ia mengaku akan mengambil langkah untuk mengatasi hal ini.

“Kami tidak akan duduk diam dan menonton,” kata pernyataan resmi pemerintah China.

Selain perdagangan, Biden dan Xi Juga membahas ketegangan terkait Taiwan dan dukungan China terhadap Rusia dalam serangan ke Ukraina. Xi menekankan bahwa “masalah Taiwan adalah garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan AS-China”.

Terakhir kali Biden dan Xi bertemu langsung adalah pada bulan November, di sela-sela pertemuan puncak di Woodside, California. Di sana, para pemimpin sepakat untuk melanjutkan komunikasi militer-ke-militer antara AS dan China.

Terkait Yellen?

Sementara itu, panggilan ini terjadi sebelum kunjungan Menteri Keuangan AS Janet Yellen ke China untuk mengadakan pertemuan tatap muka dengan rekan-rekannya selama lima hari di Guangzhou dan Beijing. Menteri Luar Negeri Antony Blinken juga berencana mengunjungi Negeri Tirai Bambu akhir tahun ini.

“Hubungan ekonomi AS-China tidak diragukan lagi sekarang berada pada landasan yang lebih kuat dibandingkan dua tahun lalu,” kata seorang pejabat senior Departemen Keuangan pada hari Senin dalam panggilan pers untuk meninjau perjalanan Yellen.

“Kami tahu bahwa ada tantangan dan perbedaan pendapat yang besar dalam hubungan ini, dan hal tersebut tidak akan terselesaikan dalam semalam.”

Pekan lalu dalam pidatonya, Yellen memperingatkan mengenai surplus produksi produk-produk energi ramah lingkungan seperti panel surya, kendaraan listrik, dan baterai lithium-ion China. Ia menuding China menggunakan surplus ini untuk membanjiri pasar global dan menurunkan harga alat ramah lingkungan yang masih berkembang di negara-negara seperti AS.

Yellen mengatakan ini adalah salah satu masalah yang direncanakan untuk dikonfrontasi oleh rekan-rekannya di China. Kedutaan Besar China di Washington kemudian membantah adanya kelebihan produksi atau surplus.

Dalam beberapa minggu terakhir, Departemen Keuangan juga menyoroti kekhawatiran mengenai praktik keuangan Beijing, khususnya dugaan penggunaan investasi “tahap awal” di perusahaan-perusahaan sektor teknologi AS sebagai cara untuk mengakses data sensitif. Pertemuan seperti yang direncanakan Yellen adalah bagian dari upaya keseluruhan pemerintahan Biden untuk menstabilkan hubungan AS-China setelah terhentinya komunikasi selama bertahun-tahun.

Panasnya hubungan dagang tersebut dimulai dengan penerapan tarif pada era presiden Donald Trump yang hampir memicu perang dagang. Eskalasi kemudian berlanjut setelah Biden memberlakukan pembatasan perdagangan terhadap negara https://pembangkitkuku.com/tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*