Tebu Bisa Jadi Dewa Penyelamat RI dari Candu Impor BBM

Jakarta, CNBC Indonesia – Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkapkan bahwa penggunaan bioetanol sebagai campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa mengurangi jumlah impor BBM di dalam negeri.

Di Indonesia produksi bioetanol dalam negeri dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanaman tebu yang diambil tetesnya atau molase.

Hal itu seperti yang dikatakan Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development INDEF, Abra Talattov. Abra mengatakan saat ini Indonesia masih ketergantungan dengan impor BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“Kita pertama berkaca dari situasi kita yang sangat bergantung ya, dari impor BBM, karena memang kebutuhan kita yang sangat tinggi setiap tahun,” ucap Abra kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Jumat (8/12/2023).

Tidak hanya itu, pemanfaatan bioetanol merupakan wujud Indonesia mulai melakukan transisi menuju energi yang lebih bersih.

“Dengan adanya inovasi bioetanol ini, sebetulnya ini menjadi salah satu terobosan untuk bisa mendiversifikasi sumber energi kita, khususnya dari sumber energi terbarukan,” tambahnya.

Ditambah, Abra menyebut, Indonesia terus menerus mengalami kenaikan jumlah impor BBM. Dalam catatnnya, sejak Januari 2023 hingga Agustus 2023 volume impor BBM sudah naik, sebut saja, Pertamax (RON 92) sudah mencapai kenaikan 4,5%.

“Misalnya untuk data impor BBM minyak mentas saja, Januari sampai Agustus, itu sudah kenaikannya volume, volumenya naik 17%, termasuk produk BBM, salah satunya adalah Pertamax, itu naik 4,5%,” bebernya.

Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading Pertamina mengungkapkan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia bisa ditekan dengan peningkatan penjualan produk BBM dengan campuran bioetanol yakni Pertamax Green 95.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan mengatakan pemanfaatan Pertamax Green 95 yang menggunakan campuran bahan bakar dari bioetanol sebesar 5% (E5) bisa mengurangi penggunaan BBM di dalam negeri.

“Sehingga secara volume, ini (Pertamax Green 95) memang berpotensi untuk bisa memberikan dampak signifikan di dalam pengurangan impor (BBM),” jelasnya dalam program Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (5/12/2023).

Terlebih, Riva mengatakan pihaknya berharap di tahun 2024 mendatang, penjualan Pertamax Green 95 bisa meningkat hingga 3 kali lipat. Itu artinya bisa mengurangi volume impor BBM ke dalam negeri.

“Harapannya ini akan meningkat 2-3 kali lipatnya di tahun 2024,” ujarnya.

Baca: Petani Minta Pemerintah Serius Garap Campuran BBM dari Tebu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*