Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan rencananya yang ingin membentuk zona penyangga pascaperang di Gaza ke beberapa negara Arab dan Turki. Namun, rencana tersebut langsung ditolak oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan mengatakan pihaknya dengan tegas menolak rencana tersebut, karena menurutnya hal itu tidak menghormati warga Palestina. Berbicara kepada wartawan dalam penerbangan dari Doha, Erdogan mengatakan pemerintahan dan masa depan Gaza setelah perang akan ditentukan oleh rakyat Palestina sendiri.
“Saya bahkan menganggap perdebatan mengenai rencana (zona penyangga) ini tidak menghormati saudara-saudara saya di Palestina. Bagi kami, ini bukanlah rencana yang dapat diperdebatkan, dipertimbangkan, atau didiskusikan,” kata Erdogan, dikutip dari Reuters, Sabtu (9/12/2023).
Erdogan pun menyerukan Israel untuk menyerahkan kembali wilayah-wilayah yang didudukinya dan mengakhiri permukiman di wilayah-wilayah tersebut.
“Israel harus menyingkirkan para teroris yang dipasarkan ke dunia sebagai pemukim dari rumah-rumah dan tanah-tanah tersebut, dan memikirkan bagaimana mereka dapat membangun sebuah masa depan yang damai dengan Palestina.”
Ankara dengan tajam mengkritik kampanye militer Israel di Gaza, mendukung solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina dan menjadi tuan rumah bagi beberapa anggota kelompok militan Palestina Hamas. Tidak seperti kebanyakan sekutu NATO dan beberapa negara Arab, Turki tidak memandang Hamas sebagai kelompok teroris.
Erdogan mengatakan Israel telah menjadi “anak manja Barat”, dan menyalahkan dukungan Barat terhadap Israel atas situasi di wilayah tersebut.
Ketika ditanya tentang laporan bahwa pejabat Israel ingin memburu anggota Hamas di negara lain, Erdogan mengatakan, apabila melakukan operasi semacam itu di Turki maka akan menimbulkan konsekuensi yang “sangat serius”.
“Jika mereka melakukan kesalahan seperti itu, mereka harus tahu bahwa mereka akan menanggung akibatnya yang sangat berat,” katanya.
Erdogan mengatakan Turki dan Qatar ingin membangun kembali Gaza dan Turki siap bertindak sebagai penjamin atau tuan rumah konferensi perdamaian.
Selain Turki, sekutu Barat Israel, Amerika Serikat (AS), juga menolak usulan zona penyangga di Jalur Gaza karena akan melanggar posisi Washington yang menyatakan bahwa wilayah kantong Palestina tidak boleh dikurangi setelah konflik saat ini,
Berbicara pada konferensi pers harian, juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan salah satu prinsip panduan Washington untuk masa depan Gaza adalah penolakannya terhadap pengurangan wilayah kantong padat penduduk tersebut.
“Jadi jika ada zona penyangga yang diusulkan berada di dalam Gaza, itu akan menjadi pelanggaran terhadap prinsip tersebut dan merupakan sesuatu yang kami menentang. Jika itu berkaitan dengan sesuatu yang berada di dalam wilayah Israel, saya tidak akan membicarakan hal itu – itu adalah keputusan yang harus diambil oleh Israel, ” kata Miller.
Harus ada periode transisi setelah berakhirnya operasi tempur besar, lanjut Miller, untuk menghindari “kekosongan keamanan”, namun hal ini harus bersifat sementara.